Hai.

Sekarang jam tidurmu.

Kulit wajahmu pasti tidak pernah berbekas bantal, karena tidurmu selalu telentang.

Menantang langit-langit kamar untuk berdongeng selagi kamu akan terlelap.

Kadang bergumam perlahan walau terpejam, apakah itu yang menarik di dalam mimpimu?

 

Aku selalu ingin mencuri waktu dan menyita perhatianmu.

Hanya karena supaya aku bisa masuk ke lipatan seprai tempat tubuhmu terbaring.

Melihatmu merapikan rambut belakang saat bangun, yang gepeng karena posisi tidurmu tidak pernah berubah.

 

Sudah hampir lima tahun aku begini. Enam puluh bulan. Kalikan tiga puluh. Kalikan dua puluh empat. Kalikan enam puluh.

Kalikan lagi enam puluh. Terakhir, kalikan enam puluh. Jika kamu benar, maka hasilnya ini : 9331200000

 

Itu banyaknya milisekon waktu sejak pertama aku jatuh cinta padamu.

Mengertilah, tulisan ini bukan bertujuan untuk merayu atau merajuk. Angka miliaran tadi adalah fakta matematis.

Satu bukti bahwa cinta bisa merambah ke batas angka dan rasa.

 

Kamu sudah terlelap, sebaiknya aku juga.

Setidaknya aku sudah menabung kembali di rekening waktuku. Sudah termasuk waktu aku melihatmu selagi tidur.

Andai bisa kutambahkan satuan uang di belakangnya, dolar, atau poundsterling lebih baik, aku akan sangat kaya.

Wow!

Tapi, tenang, kamu tidak ternilai.

 

Selamat tidur, malam.

Sampai jumpa (lagi).